Sabtu, 19 Januari 2013

Zodiak Versi Batak (Pamesana)

Perhitungan tahun Batak atau permulaan Tahun Batak dimulai saat terbenamnya Bintang Orion di ufuk Barat, atau saat terbitnya Bintang Scorpio (Hala) di langit sebelah Timur. ”Dengan demikian, tergambar hubungan Bulan-Bintang-Bumi, dan Matahari dengan manusia yang menghuni bumi,” jelasnya. Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan musim kemarau dan musim penghujan serta musim pancaroba (peralihan). Itulah yang menjadi dasar dan pedoman untuk melakukan penanaman padi, penangkapan ikan, perburuan, maupun peperangan, serta pengaruh terhadap kesehatan dan penyakit. Dalam astrologi Yunani yang banyak dianut dunia internasional, zodiak lebih dikenal nama-nama Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricoren, Aquarious, dan Pisces. Sedangkan di tanah Batak, zodiak atau Parmesana-12 dikenal dengan nama-nama: Marhumba Periuk (simbol hudon), Mena (simbol ikan), Gorda (simbol kambing), Marsoba (kupu-kupu), Nituna (cacing), Makara (kepiting), Babiat (singa), Hania (elang), Tola (pohon), Martiha (batu), Dano (air), dan Harahata (kodok).
Parmesana-12 orang Batak mempunyai dasar perkiraan dan simbol zodiak sebagai berikut: Zodiak Yunani dan Parmesana-12 ada kemiripan dalam tanggal, tapi tetap berbeda meski tipis. Misalnya kepiting dalam astrologi Yunani adalah yang lahir tanggal 21 Juni-21 Juli. Sementara dalam Parmesana-12, makara (kepiting) adalah orang yang lahir tanggal 19 Juli-20 Agustus. ”Waktu atau partingkian bagi manusia yang kurang menyadari, terasa lama. Tetapi setelah dilalui, terasa singkat ketika tiba-tiba menyadari bahwa pagi telah berganti siang, dan gelap mulai menjelang malam, dan yang terjadi adalah penyesalan. Menyadari hal itulah, maka orang Batak tempo dulu pergi marguru atau mangalualu (bertanya) kepada Datu,” jelas Dr Sudung Parlindungan kepada METRO. Oleh Datu, ditiliklah rasi bintang kelahiran seseorang dan diperkirakan dengan futurologi masa dulu, apa dan bagaimana dia, sesuai kemampuan terbatas sang Guru atau Datu meramalkannya. ”Benar tidaknya, terserah kepada masing-masing orang Batak tempo dulu itu,” kata Dr Sudung. Kelahiran 9 Februari sampai 10 Maret dilambangkan dengan simbol hudon atau dalam bahasa ramal Marhumba Periuk. Ini mempunyai sifat sosial, umumnya mereka mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.Banyak taktiknya dan disukai orang lain. Hanya saja sering pelupa, sehingga sering dianggap sebagai orang yang ingkar janji. Cocok menjadi guru, datu, dan tabib. Kelahiran 11 Maret sampai 12 April dlambangkan dengan simbol ikan (mena), mempunyai sifat suka mengalah, lincah, dan agak kikir serta suka bergaul dan rukun. Keberuntungannya cenderung menyukai perdamaian daripada keributan. Cocok menjadi seniman, sopir. Kelahiran 13 April sampai 14 Mei dilambangkan dengan simbol kambing (gorda) mempunyai sifat agak cengeng dan suka akan hal-hal baru. Daya pikirnya luas dan selalu ingin berkembang dan liar. Sifat pantang mundurnya menyebabkan dia dapat menjadi pemimpin yang sukses. Cocok menjadi pegawai, guru, Datu, pengembara, wartawan, tentara. Kelahiran 15 Mei sampai 16 Juni disebut Marsoba, dilambangkan dengan simbol kupu-kupu. Mempunyai sifat sabar, telaten, dan lamban menyesuaikan diri. Ia pemikat yang jitu. Tapi kalau sudah marah, bisa frustasi dan hancur-hancuran. Dia pandai berhemat, tetapi kalau menginginkan sesuatu tidak menanggung resiko apapun. Cocok menjadi seniman, perawat, juru runding, pemasaran, dan pengusaha. Kelahiran 17 Juni sampai 18 Juli disebut Nituna, dilambangkan dengan cacing. Mempunyai sifat sosial. Sifatnya yang kurang baik adalah pendapatnya yang sering berubah dengan kata lain tidak berpendirian tetap. Tetapi daya pikirnya luas dan jiwanya selalu hidup tak senang pada perubahan baru. Cocok menjadi pionir, serdadu, polisi, perencana, dan pelaut. Kelahiran 19 Juli sampai 20 Agustus, disebut Makara, dilambangkan dengan simbol kepiting. Mempunyai perasaan sangat halus dan suka menyendiri. Sifat penyayangnya amat besar, terutama terhadap binatang. Golongan ini tidak senang foya-foya, lebih senang hidup di rumah daripada bepergian. Cocok menjadi serdadu, penyawah, saudagar, tabib, dan rohaniawan. Kelahiran 21 Agustus sampai 22 September disebut Babiat, dilambangkan dengan singa. Ia bersifat jujur, pemberani, dan terus terang. Karena itu di mana-mana ia dipercaya orang. Sayangnya dia sangat mudah naik darah walaupun cepat juga menjadi baik. Cocok menjadi serdadu, guru, Datu, pendekar, dan pelopor. Kelahiran 23 September sampai 24 Oktober, disebut Hania dilambangkan dengan simbol elang yang berarti kesucian. Sifatnya yang tampak adalah kritis, jadi cocok kalau jadi kritikus. Dia tidak mau menerima apa saja yang diterangkan seseorang dan pekerjaannya selalu rapi. Golongan ini tidak senang menonjolkan diri di depan umum, dan firasatnya amat tajam. Cocok menjadi pedagang, saudagar, pelaut, dan pionir. Kelahiran 25 Oktober sampai 26 November disebut Tola, dilambangkan dengan pohon. Biasanya tidak mudah tersinggung. Perasaannya halus. Dalam mengambil keputusan kadang-kadang tampak lambat sehingga sukar dipengaruhi. Kurang pandai menyesuaikan diri dalam pergaulan dan senang berpakaian indah. Cocok menjadi guru, petani, padri, tabib, dan pimpinan. Kelahiran 27 November sampai 28 Desember dinamai Martiha, dilambangkan dengan simbol batu. Mmepunyai semangat kuat dalam menempuh segala hal. Sifatnya yang agak aneh ialah sering merahasiakan sesuatu dan tertutup. Biasanya tabah dalam menghadapi segala rintangan. Ulet dan tidak suka bersenda gurau. Cocok menjadi datuk, pendekar, peneliti, serdadu. Kelahiran 29 Desember sampai 30 Januari disebut Dano, dilambangkan dengan air. Mempunyai sifat berani mengadu untung. Biasanya mempunyai tubuh yang kuat hingga cocok menjadi olahragawan. Cerdas dan rajin bekerja. Berjiwa sosial tinggi tetapi kadang-kadang sombong. Cocok menjadi rohaniawan, tabib, guru, intelijen. Terakhir kelahiran 31 Januari sampai 8 Februari disebut Harahata, disimbolkan dengan kodok, mempunyai sifat tekun mengerjakan sesuatu, pantang mundur. Tetapi ia tidak mudah percaya akan omongan orang. Cocok menjadi penyanyi, sastrawan, pengarang, budayawan, wartawan, penulis. ”Itu hanya gambaran dasar dari Parmesana-12. Masih ada beberapa ciri khas masing-masing, selengkapnya ada di buku yang sedang saya susun, berjudul ’Menelusuri Astrologi di Tanah Batak’, yang diharapkan dapat segera dicetak,” kata Dr Sudung. Dalam menilik futurologi seseorang, jelas Dr Sudung lagi, Guru dan datu biasanya menkrosceknya dengan panggorda na-pitu atau na walu. ”Datu atau Guru yang mempunyai talenta di bidang itu akan membicarakan nasib peruntungan seseorang berdasarkan pembicaraan roh melalui mulutnya, tentang hari baik, hari buruk, yang sebenarnya bisa diterjembahkan secara logika masa kini. Karena bisa dipelajari lewat pustaha,” katanya. Maniti ari! Mungkin orang Batak pada umumnya pernah mendengar istilah itu. Maksud maniti ari adalah mencari hari dan bulan baik. Biasanya dilakukan untuk mencari tanggal baik untuk menggelar pesta perkawinan atau pesta-pesta besar lainnya. Maniti ari itu istilah sekarang ibarat prakiraan cuaca, tetapi ala kalender Batak. Menilik kalender Batak sebelum menetapkan tanggal pesta, barangkali umum terjadi di sejumlah keluarga Batak yang masih memegang tradisi. Bagi keluarga yang tak paham cara ’melihat’ kalender Batak atau tak punya kalender Batak, boleh berkonsultasi pada ’orang pintar’ untuk memilihkan hari baik dan bulan baik. Hasil penelusuran Dr Sudung Parlindungan Lumbantobing dari sejumlah Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak, dalam maniti ari, umumnya suhut atau yang empunya hajat pestalah yang pertama menentukan bulan berapa rencananya pesta akan digelar. Nah, berikutnya Datu yang dimintai jasa akan me-recek tanggal dan bulan dimaksud dalam parhalaan (kalender Batak). Ada sistem perhitungan yang dimiliki oleh si Datu. Dalam Kalender Batak, nama-nama hari berbeda untuk 30 hari, meski dengan nama dasar yang sama. Misalnya, hari kedua minggu pertama disebut suma, hari kedua minggu kedua disebut suma ni mangadop, hari kedua minggu ketiga disebut suma ni holom, dan hari kedua minggu keempat disebut suma ni mate. Jumlah bulan ada 12, yakni Sipaha Sada (April), Sipaha Dua (Mei), Sipaha Tolu (Juni), Sipaha Opat (Juli), Sipaha Lima (Agustus), Sipaha Onom (September), Sipaha Pitu (Oktober), Sipaha Walu (Nopember), Sipaha Sia (Desember), Sipaha Sampulu (Januari), Li (Pebruari), dan Hurung (Maret). Dalam mencari tanggal dan bulan yang baik, Datu biasanya memadukan Parmesana-12 (sudah dijelaskan di tulisan sebelumnya), Panggorda na-pitu atau walu (elang, ular, burung pipit, embun, singa, borang-borang, anjing, dan air), dikroscek dengan parhalaan (kalender). ”Penggunaan Panggorda Vs Parmesana-12 tidak selamanya dilakukan, apabila Datu telah yakin pilihannya akan hari. Apabila tidak yakin, barulah dilakukan rechecking dengan panggorda. Bila Parmesana-12 menang, maka tetap dianggap hari baik,” jelas Dr Sudung. Adapun para astrologi dan Datu Batak zaman dahulu menerjemahkan arti parhalaan sebagai berikut: Pada hari atau minggu di mana terdapat tanda kepala dan jepitan kalajengking, menandakan kerugian mengadakan pesta besra. Demikian juga bila ada tanda perut ataupun ekornya. ”Dan jika ada bulatan berisi titik besar, sebaiknya dihindari sebagai hari menikahkan anak perempuan/laki-laki,” kata Dr Sudung. Tanda kali dan bulatan (XO) diartikan sebagai saat yang baik untuk menerima uang dan menagih uang dari orang lain. Tanda H atau tanda satu disebut ’Simonggalonggal’. Pada hari di mana tanda itu ada, disarankan menghindari memasuki rumah untuk rumah yang baru selesai dibangun, atau akan ditempati penghuni baru. Tanda X (kali) diartikan untuk memancing ikan, atau kalau mengadakan pesta disebut sebagai waktu yang baik untuk menyajikan pangupaon dengan ihan. Adapun dua bulatan menandakan buah atau disebut Ari Parbuea, dipercaya sebagai saat yang tepat untuk bertanam atau mengadakan pesta perkawinan. Tanda 10 (angka satu dan angka kosong), adalah tanda alang kepalang atau hari tanggung. Maksudnya, pekerjaan yang dilakukan pada hari itu tidak tuntas. ”Jadi hindari untuk menyelenggarakan perundingan komersil,” kata mantan staf ahli Menteri Penerangan lagi. Tanda kail berdiri bermata dua dan juga tanda V terbalik biasanya adalah hari yang dihindari untuk melakukan kegiatan, karena dipercaya membawa kerugian. Begitu juga dengan tanda hala (kalajengking) sungsang dengan simbol bagian kepala hala membarat (hala sungsang) juga disebut kurang baik. Tanda atau lambang hala ke utara adalah hari matahari mati. Partilaha, artinya sering terjadi kematian. Tanda getar suara adalah juga hari yang dihindari, karena tanda itu berarti banyak suara-suara sumbang yang pro dan kontra dan oposan. Tanda bulatan kecil disebut disebut ari na ualu, hari ke delapan. Dipercaya, seorang suami akan kehilangan istri atau sebaliknya, bila mengadakan pesta pada hari yang ada tanda dimaksud. anda XI (sebelas Romawi), disebut ’ari pangugeuge’, hari yang kurang baik berpesta, tetapi sangat baik untuk berburu babi hutan. Tanda kotak hitam adalah hari netral, tergantung baik buruknya pada niat dan keinginan manusia. Dr Sudung lebih lanjut menjelaskan, tidak banyak perbedaan peramalan antara Datu di pedalaman dengan Datu di pesisir Pantai Barat dan Timur. Hanya saja, susunan dan penetapan tanda parhalaan dan perhitungan setiap 30 tahun (tahun-tahun kabisat), menggeser pemakaian parhalaan, menimbulkan perbedaan penggunaan simbol/lambang pada parhalaan 13 dan parhalaan 12 bulanan. Orang-orang Batak yang tinggal di Pantai Barat dan di Pantai Timur, selain menggunakan kalender Batak, juga dikaitkan dengan perkembangan bintang di langit untuk melakukan pelayaran. nienet sian: http://indoparsada.blog.com

1 komentar: