Sabtu, 19 Januari 2013

"PENYEBUTAN/PEMANGGILAN AMPARA"

Ampara (baca: Appara) memiliki makna dlm istilah Batak yakni ‘Dongan Tubu’,jd kata 'Ampara’ digunakan bagi mereka yg memiliki marga yg sama. adalah istilah yang digunakan oleh orang Batak, yg menunjukkan adanya hubungan yang dekat antara satu orang dengan orang lain. Ampara (appara) digunakan/dipakai antar kaum laki-laki. Sebagai contoh; ketika si A yg bermarga Lubis bertemu degan si B yang juga bermarga Lubis, bertemu di perantauan atau ditempat lain misalnya. dalam ilustrasi ini si A dan si B belum mngetahui sama sekali silsilah antara mereka, walaupun sudah tahu bahwa mereka semarga. saat itulah mereka memanggil Ampara satu sama lainnya. Namun setelah mereka saling martarombo (mengulas silsilah marga) dan akhirnya diketahui setelah mereka martarombo bahwa misalnya si A adalah adalah adik dari si B, atau si B adalah Amanguda si B, bahkan bisa saja si A adalah ompung dari si B walaupun usia antara si A dan si B tidak terpaut terlalu jauh. Istilah Ampara juga bisa digunakan bagi lain marga namun DONGAN SAMARGA (teman 1 marga), misalnya ; si C yang bermarga Lubis bertemu dengan si D yang bermarga Pasaribu. Akan tetapi istilah Ampara sebenarnya lebih tepat digunakan hanya pada sesama marga, seperti contoh yang pertama (si A dan si B) atau bisa seperti contoh yg kedua (antara si C & si D).dgn catatan marga Lubislah yang memanggil ampara kepada Pasaribu. karena marga Lubis lebih tua diurutan marga daripada marga Pasaribu. Demikian juga dengan Marga-marga lainnya. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa bisa saja si D yang bermarga Pasaribu tadi memanggil ampara kepada marga Lubis jika marga Lubis yang dimaksud adalah anak si C (yg bermarga Lubis tadi). Dalam ilustrasi/situasi seperti itulah Partuturon/martarombo penting dilakukan antara yang satu dengan yang lain, dimana kita bisa mengerti ,memanggil ampara-kah atau tidak. Mauliate...!!!!

TRADISI MARGONDANG DAN MANORTOR

1. Tortor Dan Margondang Tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tor-tor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara. Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Juga menari dilakukan juga dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Tetapi itu dapat dilaksanakan dengan mengikuti tata cara dan persyaratan tertentu.umpamanya sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakna Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan. Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan (yang mempunyai hajat akan memintak permintaan kepada penabuh gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut : “Amang pardoal pargonci……. 1- “Alu-aluhon ma jolo tu omputa Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion.” 2- “Alu-aluhon ma muse tu sumangot ni omputa sijolo-jolo tubu, sumangot ni omputa paisada, omputa paidua, sahat tu papituhon.” 3- “Alu-aluhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo.” Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah ketiga permintaan/ seruan tersebut dilaksanakan dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur susunan tempat berdirinya untuk memulai menari. Kembali juru bicara dari hasuhutan memintak jenis gondang, satu persatu jenis lagu gondang, ( ada 7 jenis lagu Gondang) yang harus dilakukan Hasuhutan untuk memdapatkan (tua ni gondang). Para melakukan tarian dengan semangat dan sukacita. Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti : permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.Sedangkan gondang terakhir yang dimohonkan adalah gondang hasahatan. Didalam Menari banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin dan lain lain. Tarian (tor-tor) Batak ada empat gerakan (urdot) yatu : 1- Pangurdot (yang termasuk pangurdot dari organ-organ tubuh ialah daun kaki, tumit sampai bahu. 2- Pangeal (yang termasuk pangeal dari organ tubuh adalah Pinggang, tulang punggung sampai daun bahu/ sasap). 3- Pandenggal (yang masuk pandenggal adalah tangan, daun tangan sampai jari-jari tangan). 4- Siangkupna ( yangtermasuk Siangkupna adalah leher,). Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos. Didalam menari orang Batak mempergunakan alat musik / Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan dan dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinakan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah). Peralatannya cukup sederhana namun kalau dimainkan oleh yang sudah berpengalaman sangat mampu menghipnotis pendengar. Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannya akan berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering tarian ini dilakukan pada saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat. 2. Klasifikasi Margondang Walaupun Tari Tortor dan Margondang selalu berkaitan dan takkan pernah pisah dalam suatu acara adat . Akan tetapi Margondang sendiri punya pengklasifikasian dari mulai di temukannya Margondang tersebut. Secara umum dikalangan masyarakat Batak Toba, ensambel gondang hasapi dan gondang sabaguan selalu disertakan dalam setiap upacara, baik upacara adat maupun upacara religi.Upacara yang menyertakan gondang dalam pelaksanaannya di sebut dengan margondang (memainkan gondang ). Sedangkan nama dari upacara dimana gondang tersebut dimainkan di dentik dengan nama margondang tersebut, misalnya margondang adat, margondang saur matua dan sebagainya. Hal tersebut diatas merupakan suatu persepsi yang utuh tentang peranan gondang yang sangat esensial dalam upacara adat maupun religi. Pada dasar kegiatan margondang pada masyarakat batak dapat dikalisifikasikan menurut zamannya , yaitu margondang pada masa purba dan margondang pada masa sekarang. A.Margondang Pada Masa Purba Yang dimaksud dengan Masa purba adalah masa dimana sebelum masuknya pengaruh agama Kristen ketanah batak, dimana pada saat itu masih menganut aliran kepercayaan yang bersifat polytheisme.Pada masa purba penggunaan gondang dalam konteks hiburan maupun pertunjukan belum didapati masyarakat .Keseluruhan kegiatan di tujukan untuk upacara adat maupun upacara religi yang bersifat sakral.Oleh karena itu upacara margondang pada masa purba dapat dibagi dalam 2 bagian ,yaitu : 1. Margondang adat, yaitu suatu upacara yang menyertakan gondang, merupakan akualisasi dari aturan-aturan yang dibiasakan dalam hubungan manusia dan manusia (hubungan horizontal), misalnya : gondang anak tubu (upacara anak yang baru lahir), gondang manape goar (upacara pemberian nama/ gelar boru kepada seseorang), gondang pagolihan anak (mengawinkan anak), gondang mangompoi huta (peresmian perkampungan baru), gondang saur matua (upacara kematian orang yang sudah beranak cucu) dan sebagainya. Gambar 3 : Gondang Sembilan , alat yang dipakai saat Margondang 2. Margondang religi, yaitu upacara yang menyertakan gondang, merupakan akualisasi dari suatu kepercayaan tau keyakinan yang dianut dalam hubungan manusia dengan tuhan-nya atau yang disembahnya (hubungan vertikal), misalnya : gondang saem (upacara untuk meminta rejeki), gondang mamele, (upacara pemberian sesajen kepada roh), gordang papurpur sapata (upacara pembersihan tubuh/ buang sial) dan sebagainya. Walaupun upacara margondang masa purba dibagi ke dalam dua bagian, namun hubungan dengan adat dan religi dalam suatu upacara selalu kelihatan dengan jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari tata cara yang dilakukan pada setiap upacara adat yang selalu menyertakan unsur religi dan juga sebaiknya pada setiap upacara religi yang selalu menyertakan unsur adat. Unsur religi yang terdapat dalam upacara adat dapat dilihat dari beberapa aspek yang mendukung upacara tersebut, misalnya : penyertaan gondang, dimana dalam setiap pelaksanaan gondang selalu diawali dengan membuat tua ni gondang ( memainkan inti dari gondang), yaitu semacam upacara semacam meminta izin kepada mulajadi nabolon dan juga kepada dewa-dewa yang dianggap sebagai pemilik gondang tersebut. Sedangkan unsur adat yang terdapat dalam upacara religi dapat dilihat dari unsur dalihan na tolu yang selalu disertakan dalam pada setiap upacara. Menurut Manik, bahwa pada mulanya agama dan adat etnik Batak Toba mempunyai hubungan yang erat, sehingga tiap upacara adat sedikit banyaknya bersifat keagamaan dan tiap upacara agama sedikit banyaknya diatur oleh adat (1977: 69). Walaupun hubungan dari kedua adat dan religi selalu kelihatan jelas dalam pelaksanaan suatu upacara, perbedaaan dari kedua upacara tersebut dapat dilihat dari tujuan utama suatu upacara dilaksanakan. Apabila suatu upacara dilaksanakan untuk hubungan manusia yang disembahnya, maka upacara tersebut di klasifikasikan kedalam upacara religi. Apabila suatu upacara dilakukan untuk hubungan manusia dengan manusia , maka upacara tersebut dapat di klasifikasikan ke dalam upacara adat. B. MARGONDANG PADA ZAMAN SEKARANG Gambar 4 : ” Margondang pada zaman sekarang Margondang pada masa sekarang merupakan perkembangan dari cara berpikir masyarakat setelah pengaruh gereja sudah sangat kuat pada masyarakat Batak Toba.Dalam ajaran Kristiani, gereja hanya mengakui satu Tuhan yang harus disembah yaitu Tuhan Yesus Kristus, apabila ada anggota gereja masih melakukan penyembahan terhadap roh roh nenek moyang dan kepercayaan mereka yang lama, maka orang tersebut aka dikeluarkan dari anggota gereja tersebut. Oleh karena itu,muncul beberapa masalah yang bersifat problematic tentang penggunaan gondang batak dalam kegiatan adat maupun keagamaan . Di satu pihak orang Batak ingin mempraktikkan dan menghayati gondang itu menurut visi dan tradisi yang sudah sangat mendarah daging, dilain sisi ada kelompok yang menolak gondang untuk dipergunakan dalam upacara adat maupun keagamaan, karena mereka melihat unsur-unsur animism pada gondang tersebut , ada ketakutan mereka mempelajari sejarah batak dan menghidupi unsur-unsur kebudayaannya. Ketakutan ini timbul karena adanya predikat yang kurang baik sepeti kafir, kolot da tuduhan lain yang diberikan penganut kebudayaan tersebut. (Sangti 1977 : 17) Pada bagian yang lain ada juga kelompok agama tradisional pada masyarakat Batak Toba yang menentang ajaran Kristen. Kelompok ini masih mempertahankan nilai-nilai kebudayaan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat banyak variasi-variasi pemikiran tentang hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang datang dari pihak gereja seperti tertulis oleh Verkuyl (1960: 36 ), antara lain : 1. Sikap antagonis (sikap menetang atau sikap negatif) terhadap kebudayaan yang ada. 2. Sikap akomodatif dan kapitulatif (skap menyesuaikan diri ) terhadap kebudayaan yang ada. 3. Sikap dominasi (sikap menguasai) dari pihak gereja terhadap kebudayaan. 4. Sikap dualistic (sikap serba dua) atau sikap memisahkan iman dengan kebudayaan dan 5. Gagasan tetang pengudusan kebudayaan atau motif pertobatan kebudayaan. Hingga saat ini keseluruhan sikap diatas masih sering terjadi dalam kegiatan-kegiatan tradisional. Dengan demikian banyak variasi-variasi tersebut adalah berdasarkan konsep pemikiran oleh yang melakukan kegiatan. Dalam hal ini, konsep margondang pada masa sekarang dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu : a. Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan suatu ungkapan kegembiraan dalam konteks hibuan atau seni pertunjukkan, misalnya : gondang pembangunan gereja, gondang naposo, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah) dsb. b. Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan aktualisasi dari system kekerabatan dalihan na tolu, misalnya : gondang mamampe marga (pemberian marga), gondang pangolin anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), kepada orang diluar suku Batak Toba, dsb. Gambar 5 : Tari Tortor dan Margondang saat pesta pernikahan c. Margondang Religi, upacara ini pada saat sekarang hanya dilakukan oleh organisasi agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan batak purba. Misalnya parmalim, parbaringin, parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih mempunyai hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan mereka adalah mulajadi na bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan adat serta hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang dinaggap sebagai wakil mulajadi na bolon. 3. MUSIK YANG DIPAKAI SAAT MARGONDANG Pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik tradisional yang sering dipakai dalam acara Margondang, yaitu : ensambel gondang hasapi dan ensambel gondang sabagunan. Selain itu ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara tunggal. A.Ensambel Gondang Hasapi Ensambel gondang hasapi memiliki beberapa instrument yang dapat diklasifikasikan menurut instrumentasinya. Hasapi ende (pluked lute dua senar) adalah instrument pembawa melodi dan merupakan instrument yang dianggap paling utama dalam ensambel gondang hasapi. Klasifikasi instrument ini termasuk ke dalam kelompok chordophone. Tune atau system dari kedua senarnya adalah dengan interval mayor yang dimainkan dengan cara mamiltik (memetik). 1. Hasapi doal (pluked flude dua senar), instrumen ini sama dengan hasapi ende namun dalam permainannya hasapi doal berperan sebagai pembawa ritem konstan. Ukuran instrument hasapi doal lebih besar sedikit dari hasapi ende. 2. Sarune etek (shawn), adalah instrument pembawa melodi yang memiliki reed tunggal (single reed). Klasifikasi ini termasuk dalam kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat dibagian atas, satu di bagian bawah) dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa10. Garantung, adalah instrument pembawa melodi yang terbuat dari kayu dan memiliki lima bilah nada. Klasifikasi instrument ini termasuk ke dalam kelompok xylophone. Selain berperan sebagai pembawa melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu tertentu. Dimainkan dengan cara mamalu. 3. Mengmung (bamboo idiochordo) adala instrument pembawa melodi konstan yang memiliki tiga senar. Senarnya terbuat dari kulit bamboo tersebut. Klasifikasi instrument ini bisa dimasukkan kedalam kelompok idiochordophone. 4. Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol kosong. Instrumen ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam tersebut sesuai dengan irama dari suatu lagu. Klasifikasi ini termasuk kedalam kelompok idiophone. *Bentuk Penyajian Gondang Hasapi Sampai sejauh ini, mengenai konsep yang berhubungan dengan aturan dan bentuk penyajian gondang hasapi belum dapat dijelaskan secara pasti. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Purba (1991) dalam tulisnnya pad harian Sinar Indonesia Baru yang mengatakan : “Bukanlah suatu yang baru jika seseorang melihat variasi bentuk susunan instrument di dalam ensambel gondang hasapi. Adakalanya susunan (komposisi) instrument Gondang Hasapi tergantung pada konteks penggunaan, jumlah musisi serta instrument yang tersedia “(Purba 1991 :VII) dalam harian Sinar Indonesia Baru. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk melihat dan mengetahui secara umum suatu bentuk penyajian dan komposisi insrumen yang dipergunakan pada Gondang Hasapi, dapat ditinjau berdasarkan tiga konteks penyajian, yaitu religi, adat dan hiburan. Dalam konteks religi, menurut Osner Gultom (salah seorang musisi tradisi dari penganut Parmalim), gondang Hasapi yang digunakan pada upacara UGAMO (agama) Pamalim, hal-hal yang berkaitan dengan komposisi instrument, merupaka salah satu yang sangat diperhatikan, baik yang berhubungan dengan penambahan dan pengurangan dari jumlah instrument yang digunakan, serta hal lain yang sangat diperhatikan adalah aspek-aspek-aspek yang berhubungan dengan komposisi lagu (Gondang) yang akan disajikan (dimainkan). Kedua hal tersebut adalah kondisi yang sangat diperhatikan oleh masyarakat ajaran Parmalim. Gambar 6 : Manortor didepan rumah adat suku batak Dalam konteks adat, menurut beberapa musisi Batak Toba hal seperti diatas tidak terlalu dipermasahkan, angka nada beberapa hal yangmendapat perhatian seperti hal-hal yang berhubungan dengan konsep Sipitu Gondang, yaitu urutan suatu komposisi musik yang terdiri dari tujuh buah Gondang yang dimainkan secara berturut-turut pada awal upacara. Walaupun ada kalanya didalam pelaksanaan sejanjutnya aturan-aturan mengenai jenis Gondang yg dimainkan tida terlalu ketat, (tergantung dari seseoarang yang meminta Gondang dari Pargonsi) yang disebut “Raja Parmalim”, namun demikian biasanya jenis Gondang yang akan dimainkan pada upacara adat, jeni Gondang yang akan pad upacara adat, jenis dan sifatnya sudah tertentu (lihat Purba 1989:2-5). Sedangkan dalam konteks yang bersifat hiburan, hal-hal yang berhubungan dnegan kompossi instrumentasi dan jenis lagu yang dimainkan, dapat dikataan tidak memiliki atran yang khusus. Juga hal-hal yang berkaitan dengan penambahan jenis instrumenya, menurut informan biasanya tidak tertutup kemungkinan untuk ditambah, prinsipnya asalkan instrument yag ditambah karakter suaranya dapat disesuaikan dengan kondisi instrument yang telah ada. Dari ketiga penyajian bentuk Gondang Hasapi, terdapat suatu hal yang spesifik sifatnya, hal ini akan terlihat pada saat penyajian Gondang Tersebut, dimana Gondang tersebut akan dimainkan secara Heterofonis. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan tempat pertunjukkan Gondang Hasapi yaitu : dimana unsur-unsur yang bersifat spontanitas dari para pemusik, yaitu pada saat pertunjukkan Gondang, dimana salah satu pemusik (tanpa terkecuali) memberikan suatu teriakan, yag bertujuan agar pemain dan orang-orang yang sedang menortor agar lebig semangat. Sedangkan hal-hal pendekatan yang bersifat instrumentalia (tanpa vokal) Namun gondang hasapi yang disajikan dalam konteks hiburan seperti tradisi opera batak, unsur-unsur vocal sering dipakai, sehingga bisa dikatakan Gondang Hasapi dalam konteks “opera batak” sebagai pengiring vocal ataupun penggiring tarian, seperti Tumba dan tor-tor. * Fungsi Instrumen Hasapi di Dalam Gondang Hasapi Hasapi adalah salah satu instrumen pokok didalam Gondang Hasapi, oleh karena disamping sebagai pembawa melodi, juga nama dri instrument hasapi dapat dipakai untuk mewakili instrument lain yang ada dalam Gondang Hasapi. Disamping itu merupakan hasil pengamatan dilapangan bahwa instrument hasapi adakalanya dipakai untuk memulai dan mengakhiri gondang, hal ini dilakukan oleh pemain hasapi. Melihat eksistensi instrument hasapi, baik fungsi, nama maupun karakter suaranya, juga seni perghargaan dari masyarakta pendukungnya, dapat dikatakan bahwa instrument hasapi merupakan instrument yang memimpin (leader) didalam gondang hasapi. B. Ensambel Gondang Sabangunan Ensambel gondang sabagunan mempunyai beberapa istilah yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabagunan dan gondang bolon. Instrument yag termasuk dalam kelompok gonadang sabagunan antara lain : 1. Taganing, yaitu lima buah gendang yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga sebagai ritem variable dalam beberapa lagu. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam kelompok membranophone. Dimainkan dengan cara dipukul membrannya dengan menggunakan palu-palu (stik). 2. Gordang (single headed drum), yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan maupun ritem variable. Instrument ni sering disebut sebagai bass dari ensambel gordang sabagunan. 3. Sarune bolon (shawm), yaitu termasuk pembawa melodi yang memiliki reed ganda (double reed). Dimainkan dengan cara mangombus marsiulakhosa (circular breathing). Klasifikasi instrument ini termasuk kedalam kelompok aerophone. 4. Ogung (gong), yaitu empat buah gong yang diberi naam oloan, ihutan, doal dan panggora. Setiap ogung mempunyai ritem yang sudah konstan. Instrument ini berperan sebagai pembawa ritem konstan atau pembawa irama dalam gondang sabagunan. Klasifikasi ini termasuk kedalam kelompok idiochorphone. 5. Odap (double headed drum), yaitu gendang dua sisi yang berperan sebagai pembawa ritem variable. Instrument ini dimainkan untuk lagu-lagu tertentu dalam gondang sabagunan dan sering digunakan ketika pawai. Klasifikasi instrument ini termasuk kedalam kelompok membranophone. 6. Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol kosong. Instrumen ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam tersebut sesuai dengan irama dari suatu lagu. Klasifikasi ini termasuk kedalam kelompok idiophone Gordang sabagunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara yang berhubungan dengan upacara adat maupun upacara religious. Gondang berperan sebagai media yang meghubungkan manusia dengan penciptanya atau disembahnya dalam hubungan vertikal juga sebagai media yang menghubungkan manusia dengan sesamanya dalam hubungan horizontal. Dalam permainan gondang sabagunan instrumne odap sudah jarang digunakan karena permainan dari odap tersebut digantikan dengan meggunakan taganing yang mempunyai suara yang sama. Tangga nada yang ada dalam instrument pembawa melodi yakni taganing dan sarune bolon mempunyai tangga nada yang pentatonis. Namun dalam hal ini istilah pentatonic yang terdapat dalam gondang sabagunan bukan seperti konsep pentatonic yang ada dalam musik barat melainkan hanya suatu sebutan terhadap tangga nada yang mempunyai lima nada dalam konsep gendang sabagunan. Pada dasarnya permainan instrument taganing atau sarune terjalin dalam hubungan melodi yang heteroponis dimana kedua instrumentersebut menbawakan melodi yang sama dalam beberapa repertoar, namun tangga nada ataupun tonalitasnya berbeda. Oleh karena itu istilah heteroponis untuk sarune heteroponis untuk sarune dan taganing ini terjalin dalam heteroponis polytonal. *Instrument tunggal Instrument tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang terlepas dari ensambel gondang hasapi maupun gondang sabagunan. Instrument ini biasanya digunakan untuk mengisi waktu luang, menghibur diri. Instrument ini juga tidak pernah dimainkan dalam upacara yang bersifat ritual. Instrument yang termasuk dalam kelompok instrument tunggal, antara lain : 1. Sulim (transverse flute), yaitu alat musik yang terbuat dari bamboo, memiliki enam lobang nada dan satu lubang tiupan. Dimainkan dengan cara meniup dari samping (slide blow flute) yang dilakukan dengan meletakkan bibir secara horizontal pada pinggir lobang tiup. Instrument ini biasanya memainkan lagu-lagu yang bersifat melaonkolis ataupun lagu-lagu sedih. Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok aerophone. 2. Saga-saga (jew’s harp) yang terbuat dari bamboo yang dimainkan dengan cara menggetarkn lidah dari instrument tersebut dan rongga mulut yang berperan sebagai resonator. Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok idiophone. 3. Jenggong (jew’s harp), yaitu alat musik yang terbuat dari logam,mempunyai konsep yang sama dengan saga-saga. 4. Talatoit (transverse flute), yaitu alat musik yang terbuat dari bamboo, sering disebut juga dengan salohat atau tulila, dimainkan dengan cara meniup dari samping. Mempunyai lubang penjarian yakni dua disisi kiri dan dua disisi kanan, sedangkan lubang tiup berada ditengah. Instrument ini biasanya memainkan lagu-lagu yang bersifat melodis dan juga bersifat ritmik. Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok aerophone. 5. Sordam (long flute), yakni alat musik yang terbuat dari bamboo. Dimainkan dengan cara meniup dari ujungnya (up blown flute) dengan meletakkan bibir pada ujung bamboo secara diagonal. Memiliki enam lubang nada, yakni dibagian atas dan satu dibagian bawah, sedangkan lubang tiupnya merupakan ujung dari bamboo tersebut. 6. Tanggetang, yakni alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu sebagai resonator. Permainan instrument ini bersifat ritmik atau mirip dengan gaya permainan gong maupun gaya permainan mengmung. Klasifikasi instrument ini termasuk kedalam kelompok chordophone. Dari keseluruhan instrument tunggal yang ada pada masyarakat Batak Toba, instrument sulim merupakan instrument yang paling sering digunakan dan dimainkan dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai frekuensi nada yang lebih kuat dan lebih lembut, mudah dibawa kemana saja serta sangat mendukung dimainkan untuk menggungkapkan emosional seseorang. 4.Kesimpulan Gambar7 : Tari Tortor pada acara perkumpulan suku batak Dari pernyataan diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Margondang dan Tari tortor adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu pelaksanaannya menurut tradisi suku batak. Tari tortor tersebut mengalami suatu revolusi dari zaman munculnya hingga sekarang, sehingga masyarakat suku batak sekarang melakukan tradisi tersebut sesuai dengan ajaran agama mereka masing masing dan disesuaikan juga dengan ajaran para leluhur mereka.Walaupun ada beberapa perbedaan agama pada suku Batak tapi itu tidak membuat masyarakat suku batak berbeda dalam hal adat dan tradisinya.Mereka berusaha menyesuaikan tradisi yang dibawa oleh leluhur mereka dengan ajaran ajaran agama yang mereka anut. 5.Daftar Pustaka Anak boruna, dkk. 1993. Horja Adat Istiadat Dalihan Na Tolu. Jakarta: Parsadaan Marga Harahap Dohot Anak Boruna Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi karya Sastra. Malang: Y A3 Malang Awuy, F. Tommy. 1992. Teater Indonesia Konsep, Sejarah, Poblema. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Mandailing Natal dalam Angka 2006. Mandailing Natal: Badan Pusat Statistik Kabupaten Madina Dananjaja. James. 1994. folklor indonesia. Jakarta: PT. Temprint Dekdikbud. 1982. Ulos. Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Koentjaraningrat. 1984. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Pusat Pengenbangan Bahasa Depdikbud Leaflet. Mandailing Natal Moleong, 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya Padmodarmaya, Pramana. 1990. Pendidikan Seni Teater. Jakrta.: Depdikbud Saragih, F. Nangkir. 1994. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Erlangga Sediawati, Edi. 1981. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Depdikbud

Tortor dan Gondang

TORTOR
awalnya tari tortor dilakukan saat acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan “masuk” ke patung-patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut bergerak seperti menari. Banyak jenis tortor yang digunakan etnis batak dalam setiap acara yang dilakukan. Ada yang dinamakan tortor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar dimana terlebih dahulu tempat dan lokasi pesta dibersihkan sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut. Ada juga tortor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi disebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Kemudian ada tortor Tunggal Panaluan yang biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk mengatasi musibah tersebut. Ada lagi tortor sigale-gale yang dilakonkan sebuah patung kayu yang menggambarkan rasa cinta seorang raja terhadap anak tunggalnya yang meninggal akibat serangan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Dalam manortor (menari) secara umum menggambarkan permohonan kepada roh-roh leluhur agar diberi keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah. Saat manortor banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin dan lain lain. Didalam manortor (menari) orang Batak selalu menggunakan Ulos dan alat musik ( gondang ) yang terdiri dari ogung sabangunan yang terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat maka dianggap tidak lengkap. Akan lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan Hesek. Kemudian Tagading yang terdiri dari 5 buah, dan Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah). Tortor biasanya didahului dengan Gondang Mula-mula, Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip, dan seterusnya yang diakhiri dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio. Secara garis besar, terdapat empat gerakan dalam tortor. Pertama adalah Pangurdot, gerakan yang dilakukan kaki, tumit sampai bahu. Kedua adalah Pangeal, merupakan gerakan yang dilakukan pinggang, tulang punggung sampai bahu/sasap. Ketiga adalah Pandenggal, yakni gerakan tangan, telapak tangan dan jari-jarinya. Gerakan keempat adalah Siangkupna yakni menggerakan bagian leher. Dalam acara tortor biasanya harus ada orang yang menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara (peminta gondang) yang berkemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang. Saat ini makna dan tujuan tortor semakin berkembang. Tortor sudah tidak lagi diasumsikan lekat dengan dunia roh. Tortor menjadi sebuah budaya dan seni yang sudah dikenal masyarakat dunia sebagai budaya tanah air. Tortor yang dilakukan saat ini mencakup pesta adat perkawinan, pesta peresmian rumah parsattian, pesta tugu, pesta membentuk huta/perkampungan, bahkan kalangan pemuda menggelar “pesta naposo”sebagai ajang hiburan dan perkenalan (mencari jodoh). Pesta Naposo, di beberapa daerah disebut juga pesta rondang bulan (Samosir), pesta rondang bintang (Simalungun). GONDANG
Jenis-jenis Gondang yang sering di perdengarkan pada kegiatan Adat (ulaon Adat) Batak sebagai pengiring untuk menari (Manortor), antara lain : MULA MULA Semula Dia sudah ada, dan Dia memulai ada. Ada dunia, jagad raya beserta isinya, Ada bumi dengan manusia bersama mahluk pendampingnya. Dia Mula Jadi, Mula Tempah, mula dari segala sesuatunya yang semuanya harus tunduk kepadaNya. (Gondang ini umumnya dimainkan saat mengawali acara “mamuhai ulaon” oleh hasuhuton. Sebelum “hasuhuton meminta Mula-Mula, pargonsi lebih dulu memainkan untaian 7 gondang secara medley yang disebut “sipitulili”) MULA MULA II (Paidua ni mula2) Dia diberi anugerah oleh Mula Jadi. Dia diberi kewenangan mengelola bumi untuk pemenuhan kalangsungan hidupnya. Dia memulai karya dan usaha. Dia yang pintar menuturkan sembah “Deak Marujar”. Dia yang pintar menuturkan ilmu pengetahuan “Deak boto-botoan”. Dia yang pertama menghadapi tantangan, kegelisahan, tangis dan gembira. Dia mengajarkan cinta sesama. Dia yang pertama memohon ampun kepada penciptanya. Dia yang pertama menuturkan sembah sujud kepada yang empu-nya, Mula Jadi yang maha besar. (Deak Parujar adalah Dewi pertama yang menjadi manusia pertama menghuni bumi, begitulah kepercayaan batak dulunya. Dialah yang memohon dan mengkreasi planet earth ini diantara planet-planet yang sudah ada menjadi huniannya setelah memutuskan mmenisah diri dari dunia dewata. Dia adalah memulai selanjutnya untuk kreasi hidup di planet yang dihuni manusia ini) SIHARUNGGUAN Jadilah manusia yang dicinta, pintar, bijak dan bestari. Yang memberi pencerahan hingga didekati, yang memberi kehidupan hingga ditemani. Yang memberi tuntunan hingga diikuti. Yang melakukan pembelaan dengan keadilan hingga percayai. Dibelakang, dia ditunggu, didepan dia dikejar, ditengan dia dikerumuni. (Harungguan, adalah tempat berkumpul. Pekan disebut juga harungguan. Siharungguan artinya yang dikerumuni. Ini merupakan idealismenya pemimpin batak) SIDABU PETEK Demokrasi baru muncul di tanah batak. Pemimpin yang dulunya muncul berdasarkan karakter harajaon, pemimpin alam, berobah dengan menjagokan diri dan siap untuk dilakukan voting. Petek, merupakan koin suara yang dimasukkan kedalam kotak suara dan selanjutnya dihitung. Mulai muncul rasa cemas, menang atau kalah. Butuh kesiapan mental, menerima kedua resiko. Kalah, harus diterima menjadi kewajaran, walau tidak dapat dipungkiri akan muncul rasa kecewa. Hanya yang berjiwa besar yang dapat menerima kekalahan dan mengakui kemenangan kepada saingannya. (Berdasarkan pengalaman Panuhari, seorang pargonsi yang ikut pemilihan kepala kampung di salah satu wilayah di Samosir. Dia menggambarkan gejolak antara semangat dan kecemasan mengawali penyertaannya. Fakta, dia harus menerima kekalahan dengan berlapang dada walau diawali dengan rasa kecewa.) SIBUNGKA PINGKIRAN Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan. Kehilangan akan menimbulkan kesedihan. Larut dalam duka akan menenggelamkan semangat perjuangan. Selagi masih dapat berpikir, mari memulai. Selagi masih memiliki kaki, mari berdiri. Ayunkan selangkah hingga kamu dapat berlari. (Sibungka Pingkiran, adalah mengajak manusia untuk tidak tenggelam dalam kegagalan. Mengajak bergerak dinamis dengan mengutamakan kecerdasan, mampu menganalisa dan tepat membuat keputusan.) HOTANG MULAKULAK Hidup adalah perjalanan. Ke depan adalah tujuan. Namun dalam menempuh perjalanan itu tak pelak kadang harus melewati awal keberangkatan, meninggalkan, berkeliling. Tanpa disadari, tanpa dilakukan penghitungan, manusia sudah melakukan perjalanan menuju kedepan namun berulang melintasi titik keberangkatan. (Hotang, adalah rotan yang tumbuh menjalar melalui tanah, ranting pohon lain, membelit berkeliling hingga melilit batang awalnya. Perjalanan jauh kemungkinan besar akan kembali ke asalanya. Hati yang menjauh juga diharapkan akan kembali kepada untaian kasih yang sempat tertinggal dan terabaikan) ALIT-ALIT Hidup bagaikan melintasi hutan belantara. Setiap persimpangan harus diingat dan dibuat tanda arah ke tujuan yang akan dicapai. Kelengahan membaca dan mengingat pertanda menentukan arah akan menyesatkan perjalanan, menghabiskan waktu dan melelahkan. (Alit-alit, diciptakan Aman Jabatan seorang pargonsi dari Samosir berdasarkan pengalamannya yang tersesat dalam perjalanan. Yang seogianya ditempuh dalam 2 jam, dia tersesat selama satu hari.) BINTANG SIPARIAMA Bintang Sipariama sudah muncul. Masa panen pun menjelang. Semangat semakin bergelora, dibarengi kesibukan berbagai persiapan. Kebersamaan pun digalang untuk melakukan panen bersama, “siadap ari” bergantian memetik padi. Tidak ada guna rebutan jadwal, karena kematangan padi yang menentukan. Kegentingan hidup selama “haleon” pacekelik mencair, seraya mengucap syukur kepada Maha Kasih. (Bintang Pari, adalah pertanda dalam hitungan bulan batak “sipahatolu”. Pada saat itu musim panen mulai marak di Toba. Bila tidak memiliki hasil panen pada bulan ini disebutkan kelaparan di musim panen “anturaparon di sipahatolu, atau anturaparon di sipariama. Biasanya dilontarkan kepada yang malas bekerja dan selalu mengemis menyambung hidup.) BINTANG NAPURASA Gemerlap cahaya bintang napurasa akan memerikan keindahan dalam hiasan langit malam. Gemerlap bintang adalah kodratnya yang hanya bisa dilihat di saat kelam. Gemerlap Bintang Napurasa tidak abadi setiap malam. Bila gemerlap datang dan menghilang ingatlah kepada bintang dilangit. Tak selamanya keinginan menjadi kebutuhan. Tak selamanya kebutuhan diukur dengan gemerlap. (Bintang Napurasa adalah yang nampah jelas menjelang pagi hari. Kecemerlangan seseorang diibaratkan seperti bintang bersinar terang. Kecemerlangan adalah idaman setiap orang, namun ada sebagian masih dalam harapan sehingga lebih sering menjadi pengagum kecemerlangan orang lain) HATA SO PISIK Memikul muatan berat, bila lelah, istirahat adalah kesempatan pemulihan tenaga. Bila beban itu ada dalam pemikiran, adalah mustahil dapat diringankan dengan istirahat fisik, karena akan selalu muncul tak beraturan menjadi beban dalam pemikiran. Seorang pemimpin kadang harus menyimpan rahasia yang tidak dipublikasikan kepada masyarakat untuk mencegah konflik. (Gondang ini terinspirasi oleh Sisingamangaraja I ketika menerima amanah dari Raja Uti untuk tidak menyebutkan wujud fisik beliau. Tanda dari perjanjian itu kepada Sisingamangaraja I diberi tabutabu siratapullang, sian i ro tusi sumuang molo diose padan. Di tengah perjalanan saat Sisingamangaraja istirahat, beliau terkenang dan dalam hati menyebut wujud dari raja Uti. Beliau terkejut, dan tabutabu sitarapullang pun menghilang. Gondang ini lajim dipinta oleh para Raja untuk mengenang beban tugas mereka dan banyaknya rahasia yang harus dipendam namun harus diselesaikan dengan bijaksana. Irama gondang ini sangat beda dengan gondang “Marhusip” yang sering disebut selama ini Hata So Pisik.) ALING-ALING SAHALA Para Raja di kalangan Batak tempo dulu sangat menjaga etika moral, hukum dan adat istiadat. Kapasitasnya dalam menegakkan kebenaran di masyarakat adalah wujud dari kehormatan (hasangapon) dan menjunjung kewibawaan (sahala) pada diri mereka. Bila nilai tak dapat dipertahankan maka “sahala” (karisma) akan ambruk. Ibarat tanduk yang tercabut dari kepala. Penyesalan tiada guna. Para Raja Batak dulu mengalami degradasi dengan masuknya peradaban modern melalui penjajahan dan missi agama. Kewibawaan mereka dicabut, perilaku mereka dipandang sesat. Keturunan mereka satu persatu mulai menjauh. Duka dihatinya tak ditangiskan. Keterpurukan wibawanya bukan karena kesalahan. Sahala mereka mulai menjauh. Mereka berseru melalui gerakan tari diiringi irama; “Mengapa ini harus terjadi?. (Aling-aling Sahala, diartikan sebagai mengenang/memanggil kembali karisma diri mereka yang hilang dan permohonan maaf kepada Pencipta yang memberikan derajat kehormatan itu (dulu) kepada mereka.) RAMBU PINUNGU Kehidupan penuh dengan keanekaragaman. Manusia memiliki pahala masing-masing dan sifat berbeda dalam menjalankan kehidupannya. Bagi seorang pemimpin adalah pekerjaan penuh kecermatan dalam mempersatukan masing-masing perbedaan karakter manusia. Mereka butuh kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan untuk mampu mengemban tugas mulia, mempersatukan derap langkah masyarakat dalam kedamaian, kerukunan dan ketaatan dalam hukum. (Rambu, adalah untaian pada ujung ulos. Pinungu, artinya dihimpun. Para raja dikalangan batak biasanya menggunakan “talitali” ikat kepala lambang kebesaran yang disebut “tumtuman”. Dari kain hitam yang kedua diujungnya ada rambu warna merah.) BINDU MATOGA Aku tanpa kamu tidak berarti. Kamu tanpa aku apakah ada arti? Kamu, aku dan dia adalah kita. Kita bersama memadu pikir demi kepentingan kita dan mereka. Hidup kita bangun, semangat kita galang, setiap sisi kita hempang dari serangan. Selamatkan jiwa dari tindakan buruk orang yang tidak sejalan. Lindungi diri dari serangan penyakit yang membahayakan. Lakukan kajian dimana sisi lemah yang dapat menghancurkan. Kita adalah sama. Karena bersama kita tegar “toga”. Dalan semua sudut, sisi, waktu, kita catat dalam “bindu” halaman kerja, apa yang sudah kita buat dan apa yang masih perlu dilakukan tindakan. Semua demi keutuhan dan kebersamaan. (Bindu Matoga. Digambarkan dengan garis segi empat bertajuk delapan sesuai dengan mata angin. Digambarkan sebagai penguasaan semua system alam dengan mencegah hal buruk yang dapat merusak keutuhan dan kesehatan. Nujum bindu matoga sering dilakukan peramal untuk mengetahui dari mana kemungkinan datangnya musuh, penyakit apa yang mungkin muncul. Tindakan apa yang harus dilakukan mengatasi masalah demi kesejahteraan masyarakat.) SIDOLI NATIHAL Masa muda bagi seorang pria penuh dengan gairah. Mulai memasuki area kompetisi menunjukkan eksistensi seorang perjaka. Mereka berekspresi penuh dengan tingkah polah untuk mendapat perhatian publik dan lawan jenisnya. Dengan dorongan sifat dinamis untuk mendapat pengakuan. Kadang, mereka salah dalam tingkah laku kemudaannya. (Biasanya diperdengarkan saat Gondang Naposo dimana para pria menari menunjukkan kebolehannya penuh dengan gaya.) TANDUK NI HORBO PAUNG Seseorang yang memiliki kehormatan, adalah yang memegang teguh etika moral dan taat hukum. Dia terkontrol oleh penghormatan kepada dirinya itu dalam semua sikap dan perilakunya. Rambu ini membatasi kebebasan dirinya dalam setiap kesempatan, ibarat kerbau yang bertanduk panjang menjalani lorong sempit. Lolos dalam perjalanan yang penuh tantangan dan godaan adalah kemenangan baginya. (Nama gondang ini dulunya disebut juga PARDALAN NI HORBO SISAPANG NAUALU. Seekor kerbau yang bentang tanduknya panjang sekitar satu meter. Lorong sempit yang disebut balubu atau bahal adalah lintasan segala ternak ke perkampungan. Kerbau itu kadang kesulitan akibat sempitnya lorong atau adanya dahan yang menjorok ke bahal.) LILIT TU METER Kecerdasan dan intelektual Batak sudah teruji sejak jaman dahulu kala. Pertanda dari kecerdasan mereka itu dapat kita lihat dengan bangunan rumah adat, gorga dan ulos. Mereka melakukan pengukuran dengan istilah “suhat” untuk panjang dan tinggi “lilit” untuk mengukur lingkaran. Dengan datangnya alat ukur “meter” mereka semakin terbekali dan mendapatkan keseragaman ukuran. Ketika meter kayu digunakan, mereka kebingungan saat mengukur diameter karena tidak dapat melilit seperti kebiasaan mereka. Hingga mereka melakukan ukuran kepada tali kemudian mereka melakukan pengukuran dengan melilit. Apa yang mereka hasilkan hanya dengan pengukuran “suhat” dan “lilit”? Apa perbedaan setelah menggunakan meter? Semua konstruksi, petakan sawah, saluran irigasi, planologi perkampungan yang mereka ciptakan sebelum mengenal meter saat ini masih abadi. (Pendidikan modern hanya penambahan bekal intelektual mereka. Ini membuktikan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan perkembangan tanpa harus menyebut mereka “bodoh, tertinggal, primitive” sebelum pendidikan formal hadir.) TUKTUK HOLING Beragam lambang kebanggaan manusia sejak muda hingga tua. Orang tua batak biasanya makan sirih. Bila gigi sudah makin lemah hati mengeluh, mereka butuh alat penumbuk sirih. Alat penumbuk dikenal setelah datangnya logam yang dibuat khusus menumbuk sirih. Kadang alat penumbuk itu dibuat beragam variasi yang indah dengan material tembaga dan perak. Ada juga yang menempahkan dengan lilitan penghias dari emas. Mereka membanggakan peralatan itu layaknya seperti perhiasan. Alat penumbuknya dibuat dari besi tembaga keras yang kelak menghentak keras bagaikan patukan burung berparuh besi. (Tutuk Holing, adalah nama burung yang berparuh keras yang dapat melobangi batang kayu keras untuk membuat sarang dan dan mencari makanan.) PARSOLUBOLON Hidup adalah perjuangan. Perjuangan tidak luput dari tantangan. Kebersamaan adalah pengumpulan kekuatan. Kesepahaman adalah akselerasi keragaman potensi diri dalam menjalankan misi bersama untuk sampai di tujuan. (Solubolon, adalah sampan besar yang muat sekitar 12 orang. Parsolubolon adalah mereka yang sedang mengarungi perairan dengan sampan besar itu. Mereka memiliki pedoman dasar “masihilalaan” tenggang rasa. Bila pengendali kemudi tidak pintar, pengayuh akan kewalahan. Sebaliknya bila pengayuh tidak pintar, maka pengayuh lainnya akan kelelahan dan pengemudi akan repot. Akselerasi potensi “parsolubolon” akan mampu menghindari bahaya dari serangan ombak.) SAPADANG NAUSE Panganan utama orang batak adalah nasi yang terbuat dari beras berasal dari padi. Bila hasil panen mencukupi bekal satu tahun maka kekhawatiran pun sirna. Bila bekal padi tidak mencukupi maka sapadang yang tumbuh liar di ladang pun dipetik. Tidak ada kata kelaparan bila bijak mengolah hidup. Tidak ada yang hina bila kenyang makan tanpa beras. Ubi dan Sapadang adalah jalan keluar dari kemelut ketersediaan bekal beras yang terbatas. (Sapadang adalah tumbuhan mirip gandum biasanya tanamn liar. Sapadang Nause adalah bijian yang bernas dan tua yang memberikan semangat bagi yang menemukannya. Sapadang diolah dengan telaten dan dimasak hingga nikmat dimakan sebagai pengganti nasi yang terbuat dari beras. Nause tidak mengandung pengertian “tumpah, berhamburan” tapi “sesak, padat, bernas, keluar dari” dalam kulitnya.) SEKKIAN TALI MERA Judi kadang membahagiakan, namun lebih banyak berdampak kesusahan. Senang saat permainan dijalankan, tapi kerugian bila menuai kekalahan. Mereka menghayal akan menang, mengharap mendapat giliran “ceki” penentu kemenangan. Bila kartu penentu warna merah muncul, hentakan kegembiraan muncul. Pengalaman para penjudi selalu menyimpulkan, lebih besar kesusahan daripada kebahagiaan dari permainan judi. Badan tersiksa, pekerjaan terlantar, harta benda tergadai. (Bedasarkan pengalaman penjudi kalangan masyarakat Batak jaman dulu yang selalu menghimbau agar terhindar dari ketagihan permainan itu dan bekerja dengan giat adalah yang terbaik.)jadi ta orui namarjuji i Disamping semua jenis Gondang yang disebut diatas, saat ini sudah lazim diperdengarkan gondang yang berasal dari berbagai sumber, misalnya : lagu-lagu pop batak masa kini, improvisasi dari gondang-gondang yang sudah pernah ada, dan lain-lain yang ditujukan untuk lebih memeriahkan suatu acara dan juga untuk memperkaya kesenian Gondang itu sendiri. sumber : 1. http://www.facebook.com/groups/234793193216839/?id=282503595112465&ref=notif¬if_t=like

Zodiak Versi Batak (Pamesana)

Perhitungan tahun Batak atau permulaan Tahun Batak dimulai saat terbenamnya Bintang Orion di ufuk Barat, atau saat terbitnya Bintang Scorpio (Hala) di langit sebelah Timur. ”Dengan demikian, tergambar hubungan Bulan-Bintang-Bumi, dan Matahari dengan manusia yang menghuni bumi,” jelasnya. Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan musim kemarau dan musim penghujan serta musim pancaroba (peralihan). Itulah yang menjadi dasar dan pedoman untuk melakukan penanaman padi, penangkapan ikan, perburuan, maupun peperangan, serta pengaruh terhadap kesehatan dan penyakit. Dalam astrologi Yunani yang banyak dianut dunia internasional, zodiak lebih dikenal nama-nama Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricoren, Aquarious, dan Pisces. Sedangkan di tanah Batak, zodiak atau Parmesana-12 dikenal dengan nama-nama: Marhumba Periuk (simbol hudon), Mena (simbol ikan), Gorda (simbol kambing), Marsoba (kupu-kupu), Nituna (cacing), Makara (kepiting), Babiat (singa), Hania (elang), Tola (pohon), Martiha (batu), Dano (air), dan Harahata (kodok).
Parmesana-12 orang Batak mempunyai dasar perkiraan dan simbol zodiak sebagai berikut: Zodiak Yunani dan Parmesana-12 ada kemiripan dalam tanggal, tapi tetap berbeda meski tipis. Misalnya kepiting dalam astrologi Yunani adalah yang lahir tanggal 21 Juni-21 Juli. Sementara dalam Parmesana-12, makara (kepiting) adalah orang yang lahir tanggal 19 Juli-20 Agustus. ”Waktu atau partingkian bagi manusia yang kurang menyadari, terasa lama. Tetapi setelah dilalui, terasa singkat ketika tiba-tiba menyadari bahwa pagi telah berganti siang, dan gelap mulai menjelang malam, dan yang terjadi adalah penyesalan. Menyadari hal itulah, maka orang Batak tempo dulu pergi marguru atau mangalualu (bertanya) kepada Datu,” jelas Dr Sudung Parlindungan kepada METRO. Oleh Datu, ditiliklah rasi bintang kelahiran seseorang dan diperkirakan dengan futurologi masa dulu, apa dan bagaimana dia, sesuai kemampuan terbatas sang Guru atau Datu meramalkannya. ”Benar tidaknya, terserah kepada masing-masing orang Batak tempo dulu itu,” kata Dr Sudung. Kelahiran 9 Februari sampai 10 Maret dilambangkan dengan simbol hudon atau dalam bahasa ramal Marhumba Periuk. Ini mempunyai sifat sosial, umumnya mereka mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.Banyak taktiknya dan disukai orang lain. Hanya saja sering pelupa, sehingga sering dianggap sebagai orang yang ingkar janji. Cocok menjadi guru, datu, dan tabib. Kelahiran 11 Maret sampai 12 April dlambangkan dengan simbol ikan (mena), mempunyai sifat suka mengalah, lincah, dan agak kikir serta suka bergaul dan rukun. Keberuntungannya cenderung menyukai perdamaian daripada keributan. Cocok menjadi seniman, sopir. Kelahiran 13 April sampai 14 Mei dilambangkan dengan simbol kambing (gorda) mempunyai sifat agak cengeng dan suka akan hal-hal baru. Daya pikirnya luas dan selalu ingin berkembang dan liar. Sifat pantang mundurnya menyebabkan dia dapat menjadi pemimpin yang sukses. Cocok menjadi pegawai, guru, Datu, pengembara, wartawan, tentara. Kelahiran 15 Mei sampai 16 Juni disebut Marsoba, dilambangkan dengan simbol kupu-kupu. Mempunyai sifat sabar, telaten, dan lamban menyesuaikan diri. Ia pemikat yang jitu. Tapi kalau sudah marah, bisa frustasi dan hancur-hancuran. Dia pandai berhemat, tetapi kalau menginginkan sesuatu tidak menanggung resiko apapun. Cocok menjadi seniman, perawat, juru runding, pemasaran, dan pengusaha. Kelahiran 17 Juni sampai 18 Juli disebut Nituna, dilambangkan dengan cacing. Mempunyai sifat sosial. Sifatnya yang kurang baik adalah pendapatnya yang sering berubah dengan kata lain tidak berpendirian tetap. Tetapi daya pikirnya luas dan jiwanya selalu hidup tak senang pada perubahan baru. Cocok menjadi pionir, serdadu, polisi, perencana, dan pelaut. Kelahiran 19 Juli sampai 20 Agustus, disebut Makara, dilambangkan dengan simbol kepiting. Mempunyai perasaan sangat halus dan suka menyendiri. Sifat penyayangnya amat besar, terutama terhadap binatang. Golongan ini tidak senang foya-foya, lebih senang hidup di rumah daripada bepergian. Cocok menjadi serdadu, penyawah, saudagar, tabib, dan rohaniawan. Kelahiran 21 Agustus sampai 22 September disebut Babiat, dilambangkan dengan singa. Ia bersifat jujur, pemberani, dan terus terang. Karena itu di mana-mana ia dipercaya orang. Sayangnya dia sangat mudah naik darah walaupun cepat juga menjadi baik. Cocok menjadi serdadu, guru, Datu, pendekar, dan pelopor. Kelahiran 23 September sampai 24 Oktober, disebut Hania dilambangkan dengan simbol elang yang berarti kesucian. Sifatnya yang tampak adalah kritis, jadi cocok kalau jadi kritikus. Dia tidak mau menerima apa saja yang diterangkan seseorang dan pekerjaannya selalu rapi. Golongan ini tidak senang menonjolkan diri di depan umum, dan firasatnya amat tajam. Cocok menjadi pedagang, saudagar, pelaut, dan pionir. Kelahiran 25 Oktober sampai 26 November disebut Tola, dilambangkan dengan pohon. Biasanya tidak mudah tersinggung. Perasaannya halus. Dalam mengambil keputusan kadang-kadang tampak lambat sehingga sukar dipengaruhi. Kurang pandai menyesuaikan diri dalam pergaulan dan senang berpakaian indah. Cocok menjadi guru, petani, padri, tabib, dan pimpinan. Kelahiran 27 November sampai 28 Desember dinamai Martiha, dilambangkan dengan simbol batu. Mmepunyai semangat kuat dalam menempuh segala hal. Sifatnya yang agak aneh ialah sering merahasiakan sesuatu dan tertutup. Biasanya tabah dalam menghadapi segala rintangan. Ulet dan tidak suka bersenda gurau. Cocok menjadi datuk, pendekar, peneliti, serdadu. Kelahiran 29 Desember sampai 30 Januari disebut Dano, dilambangkan dengan air. Mempunyai sifat berani mengadu untung. Biasanya mempunyai tubuh yang kuat hingga cocok menjadi olahragawan. Cerdas dan rajin bekerja. Berjiwa sosial tinggi tetapi kadang-kadang sombong. Cocok menjadi rohaniawan, tabib, guru, intelijen. Terakhir kelahiran 31 Januari sampai 8 Februari disebut Harahata, disimbolkan dengan kodok, mempunyai sifat tekun mengerjakan sesuatu, pantang mundur. Tetapi ia tidak mudah percaya akan omongan orang. Cocok menjadi penyanyi, sastrawan, pengarang, budayawan, wartawan, penulis. ”Itu hanya gambaran dasar dari Parmesana-12. Masih ada beberapa ciri khas masing-masing, selengkapnya ada di buku yang sedang saya susun, berjudul ’Menelusuri Astrologi di Tanah Batak’, yang diharapkan dapat segera dicetak,” kata Dr Sudung. Dalam menilik futurologi seseorang, jelas Dr Sudung lagi, Guru dan datu biasanya menkrosceknya dengan panggorda na-pitu atau na walu. ”Datu atau Guru yang mempunyai talenta di bidang itu akan membicarakan nasib peruntungan seseorang berdasarkan pembicaraan roh melalui mulutnya, tentang hari baik, hari buruk, yang sebenarnya bisa diterjembahkan secara logika masa kini. Karena bisa dipelajari lewat pustaha,” katanya. Maniti ari! Mungkin orang Batak pada umumnya pernah mendengar istilah itu. Maksud maniti ari adalah mencari hari dan bulan baik. Biasanya dilakukan untuk mencari tanggal baik untuk menggelar pesta perkawinan atau pesta-pesta besar lainnya. Maniti ari itu istilah sekarang ibarat prakiraan cuaca, tetapi ala kalender Batak. Menilik kalender Batak sebelum menetapkan tanggal pesta, barangkali umum terjadi di sejumlah keluarga Batak yang masih memegang tradisi. Bagi keluarga yang tak paham cara ’melihat’ kalender Batak atau tak punya kalender Batak, boleh berkonsultasi pada ’orang pintar’ untuk memilihkan hari baik dan bulan baik. Hasil penelusuran Dr Sudung Parlindungan Lumbantobing dari sejumlah Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak, dalam maniti ari, umumnya suhut atau yang empunya hajat pestalah yang pertama menentukan bulan berapa rencananya pesta akan digelar. Nah, berikutnya Datu yang dimintai jasa akan me-recek tanggal dan bulan dimaksud dalam parhalaan (kalender Batak). Ada sistem perhitungan yang dimiliki oleh si Datu. Dalam Kalender Batak, nama-nama hari berbeda untuk 30 hari, meski dengan nama dasar yang sama. Misalnya, hari kedua minggu pertama disebut suma, hari kedua minggu kedua disebut suma ni mangadop, hari kedua minggu ketiga disebut suma ni holom, dan hari kedua minggu keempat disebut suma ni mate. Jumlah bulan ada 12, yakni Sipaha Sada (April), Sipaha Dua (Mei), Sipaha Tolu (Juni), Sipaha Opat (Juli), Sipaha Lima (Agustus), Sipaha Onom (September), Sipaha Pitu (Oktober), Sipaha Walu (Nopember), Sipaha Sia (Desember), Sipaha Sampulu (Januari), Li (Pebruari), dan Hurung (Maret). Dalam mencari tanggal dan bulan yang baik, Datu biasanya memadukan Parmesana-12 (sudah dijelaskan di tulisan sebelumnya), Panggorda na-pitu atau walu (elang, ular, burung pipit, embun, singa, borang-borang, anjing, dan air), dikroscek dengan parhalaan (kalender). ”Penggunaan Panggorda Vs Parmesana-12 tidak selamanya dilakukan, apabila Datu telah yakin pilihannya akan hari. Apabila tidak yakin, barulah dilakukan rechecking dengan panggorda. Bila Parmesana-12 menang, maka tetap dianggap hari baik,” jelas Dr Sudung. Adapun para astrologi dan Datu Batak zaman dahulu menerjemahkan arti parhalaan sebagai berikut: Pada hari atau minggu di mana terdapat tanda kepala dan jepitan kalajengking, menandakan kerugian mengadakan pesta besra. Demikian juga bila ada tanda perut ataupun ekornya. ”Dan jika ada bulatan berisi titik besar, sebaiknya dihindari sebagai hari menikahkan anak perempuan/laki-laki,” kata Dr Sudung. Tanda kali dan bulatan (XO) diartikan sebagai saat yang baik untuk menerima uang dan menagih uang dari orang lain. Tanda H atau tanda satu disebut ’Simonggalonggal’. Pada hari di mana tanda itu ada, disarankan menghindari memasuki rumah untuk rumah yang baru selesai dibangun, atau akan ditempati penghuni baru. Tanda X (kali) diartikan untuk memancing ikan, atau kalau mengadakan pesta disebut sebagai waktu yang baik untuk menyajikan pangupaon dengan ihan. Adapun dua bulatan menandakan buah atau disebut Ari Parbuea, dipercaya sebagai saat yang tepat untuk bertanam atau mengadakan pesta perkawinan. Tanda 10 (angka satu dan angka kosong), adalah tanda alang kepalang atau hari tanggung. Maksudnya, pekerjaan yang dilakukan pada hari itu tidak tuntas. ”Jadi hindari untuk menyelenggarakan perundingan komersil,” kata mantan staf ahli Menteri Penerangan lagi. Tanda kail berdiri bermata dua dan juga tanda V terbalik biasanya adalah hari yang dihindari untuk melakukan kegiatan, karena dipercaya membawa kerugian. Begitu juga dengan tanda hala (kalajengking) sungsang dengan simbol bagian kepala hala membarat (hala sungsang) juga disebut kurang baik. Tanda atau lambang hala ke utara adalah hari matahari mati. Partilaha, artinya sering terjadi kematian. Tanda getar suara adalah juga hari yang dihindari, karena tanda itu berarti banyak suara-suara sumbang yang pro dan kontra dan oposan. Tanda bulatan kecil disebut disebut ari na ualu, hari ke delapan. Dipercaya, seorang suami akan kehilangan istri atau sebaliknya, bila mengadakan pesta pada hari yang ada tanda dimaksud. anda XI (sebelas Romawi), disebut ’ari pangugeuge’, hari yang kurang baik berpesta, tetapi sangat baik untuk berburu babi hutan. Tanda kotak hitam adalah hari netral, tergantung baik buruknya pada niat dan keinginan manusia. Dr Sudung lebih lanjut menjelaskan, tidak banyak perbedaan peramalan antara Datu di pedalaman dengan Datu di pesisir Pantai Barat dan Timur. Hanya saja, susunan dan penetapan tanda parhalaan dan perhitungan setiap 30 tahun (tahun-tahun kabisat), menggeser pemakaian parhalaan, menimbulkan perbedaan penggunaan simbol/lambang pada parhalaan 13 dan parhalaan 12 bulanan. Orang-orang Batak yang tinggal di Pantai Barat dan di Pantai Timur, selain menggunakan kalender Batak, juga dikaitkan dengan perkembangan bintang di langit untuk melakukan pelayaran. nienet sian: http://indoparsada.blog.com

Jumat, 23 November 2012

Kumpulan Gombal Batak (by admin marga Lubis)

1. ago | mahua hamu ito? | ditipa balatuk (tangga) ito | naeng tudia hian hamu? | manjangkit roha ni ito |-,- 2. *Dikls*Butet,kedpn|Ada apa pak?|knp kau mncuri?Pdhal bpk sllu mngajarkan jgn mncuri|aku tdk mncuri|kau mencuri hatiku|-,- #GombalLucu 3. olo doho hupoto ito?|laho tudia photo i ito?| asa hubahen jo di kartu (gokhon&jou2) Undangan pesta pamasumasuonta | 0_* 4. holan na pilek,sompol do igung on | hulean pe ubatna da | mauliate,alai molo holonghu do nasompol tu ito,unang pola lean ubatna da |-_- 5. diboto ho do tudia gusting on?|daong tudia i?|manirangkon sipikkiran naasing,asa holan ho dipikkiranhu|-,- 6. nunga sae jo namaggombal i|boasa?|alana manggombar ho dirohangku nama au|-,- 7. adong sira muna disi ito? | bah,marhua mamboan2 sira iba.hamupe nian | antong sira niholong muna adong do? bahen majo tu ahu|-_* 8. diboto ito do,parasing ni dengke dohot ahu?|aha|dengke dilaut nadiportibion,ahu dilaut holong na dirohami |-,- 9. dadap dompet,gombar mu do disi.dadap pikiran hu ngolunta diari nanaeng ro do disi.dadap rohangku, Holong naso tardodo do disi tu ho. 10. nunga hona doit ahu,pola do sampe bongkak | aha mandoit ito? | Holong mu nunga mandoit rohangku,gabe bongkak Holonghu tu hamu |-_- 11. goar ni ito si Monang do ndang i? | ido | antong paMonang ma jo rohangku | -,- 12.jabu muna jonok tu tao Toba do ito? |ido,boasa diboto hamu? | alana marlange-lange halilu muna dibagas rohangku | -,- 13. boru #Silaen ya ito?| iya ada apa ya ito? | hanya sebuah pengakuan ito,tdk ada yg lain dihatiku #Silaen dirimu |-,- 15. Hait Solop nisi Lopian,ai lop yu Hasian. #SiUcokBervokalInggris 16. Sollop dompak Batu siParasian,ai lop yu tu Hasian. #SiButetBervokalInggris 17.Bg,abang kan pekerja bangunan | trus ? | bangunin Rumah tangga bareng aku dong | -,- 18. Cwo:hai mantanku?|cwe:bah kok gt kau bg,kpn kita putus?|cwo:aku mo kau jd mantan pacarku sj.Krn aku monya kau jd Istriku|-,- 19. *dikls* Ucokkkkkk 1+1= sadia? | 1+1 samadengan Aku & Kamu akan selalu bersatu |-,- *lempar Meja* 20. kamu Marga #Gaja kan? |kok tau| krn besar #Gajah masih ditaklukkan cintaku padamu |-,- (*Marga Gaja brasal dr BatakPakpak*) 21. boru #Tamba kan? | iya kenapa ya? | tolong #Tambahkan aku kehatimu dong | -,- 22. ito,boru #Saing kan?|iya,kenapa ito?| pantaslah,krn tak kan ada yg #menYaingi ito dihatiku|-,- 23. Kamu Komplit kali ya.Manis,semanis Lappet,Seunik Naniura,Seindah Danau Toba,& hanya ada 1,sprt Pulau Samosir. 24. Kamu itu bagaikan NAPINADAR. pedas memang, tp selalu bikin aku nagih terus. 25. ibarat stasiun TV,kamu kyk MNCtv dek | kok gitu? | iya dong,krn kamu selalu di hati | (♥_♥) #MottoMNCtv 26. bah ito on,songon sibojak | *messut(cemberut)* | boasa messut ito?,maksudhu songon sibojak,sai marinjak2 dirohangku |o,o 27. beta mangalua | ndang olo ahu| bah,ahama huroha hudok? | beta mangalua! | betama |o_o #kenaDeh 28. nanengel do hamu ito?|ndang ito,boasa dohonon muna songon i?|ai so dibege hamu rohangku manjou goarmu|-,- 29. Ito,najot2 tu Perpustakaan?|ido,mahua huroha?|antong boido manjaha holong nadirohangku tu ito| 30. Berengma ito,Tor tor nunga naeng diklaim Malaysia.Alai holong nadirohangki tu ho,tung sohuloas diklaim halak naasing. 31. Boru sitinjak | ada apa ito? | tolong,injakkan cintamu dihatiku dong | -,- *kejar2dibwahHujan* 32. Diboto ito do aha naunmanis diportibi on?|gula ito|daong|aha do|manghaholongi ito|-,- 33. Diboto ito do balga niholonghu songon dia tu ito?|songon dia?|kopi ABC|mahua huroha?|Full ga stengah2|-,- 34. Songon namauas do ahu bah | paima da asa hubuat tes |ndang pola ito| boasa? |mauas tu holongmunai do ahu |-,- 35. Pasti ito boru Bintang dr Dairi | kok tau? | kemilau Cintaku padamu yg memberitahu |-,- 36. Jgn Tarigan ya|emang bukan.Aku Sembiring,pal |maksud aku bukan itu |jd apa?|jgn TARIk & GANtung cintaku|-,- 37. Boru apa ito? | boru Pane | wah,kbetulan.Bisa minta tolong? | apa? | bisa tdk,aku menuai & memanen cinta dihati ito?|-,- 38. #Bertanya || FB=ahama na dipingkiri ho ||Twitter=aha namasa?||Ahu=Aha namasa,asa gabe holan ho hupingkiri?|| 39. Kamu kan boru manurung|iya,trus|mudah2an ya,kuatnya Cintaku tdk mnurun.Agr kamu tdk murung|-,- 40. Kam tading i Berastagi ya?|ue,engkai?|pastaslah,hatiku tdk prnah panas jika brsamamu|-,- 41. Boru Sibarani?| iya | Berani kali ito mencuri hatiku?|-,- 42. Boru silaban ya ito|iya,kenapa?|cintaku sama ito,kyk Ban mobil |kok gt?|iya.Tak brujung spt lingkarannya|-,- 43. Boru Mataniari ya ito?|iya.Knapa bg?|tolong sinari roha abglah ito|-,- 44. Bah,lam mok-mok do ito.Angka aha do didagingmi?|ah tolema nian,isi nai gumodang do holonghu tu ito|-,- 45. Babi |ih,boasa dohononmu songoni ito|ai pinahan do i|daong?|aha do?|Babi=Bilang aku Butuh Ito|-,- 46. Kata2 Mutiara aha do nalomo roham Ucok|Mencintaimu adalah Bahagiaku saleleng ahu mangolu|-,- 47. Namohopan Medan on | ido bah,songon mohop nirohangku molo dao ho sian ahu|-,- 48. Ucok,tu jolo|ahai ibu|didia krajinantangan ukiranmu?|saya hanya bs mengukir cinta ku sama ibu|-,-*TimpalKapur* 49. *diKelas*Ucok|dison ibu|Tiur|hadir bu|Saroha|ndang ro ibu|Holong|ndang ro|tudia museon?|molo ndang Saroha ndang adong holong ibu|-,- 50. Boluson ma hite-hite,molo laho tu lumbantua.Ale hamu Boru Sihite,beta ma hita mangalua. #Gombal_umpasaBatak

Uli Na I Diborngin Na Badia

Buku Ende No. 616 Logu No. 616 Uli na I di borngin na badia Humirdop-hirdop do bintang disi. Di borngin I do tubu Sipalua di panggagatan di Betlehem I, Portibi on dangol gok haholomon marnida sondang ni Tuhantai. Uli na I marende do suruan diborngin I do tubu Kristus I Di borngin I di tubu Kristus i. Sian na dao parroha sian purba, Ro do tinogihon ni bintang i. Marsinggang be nasida lao marsomba, Tu Jesus Kristus Sipalua i. Ibana ro sian banua ginjang, Laho paluahon hita jolma i. Uli na I marende do suruan diborngin I do tubu Kristus I Di borngin I di tubu Kristus i. Uli na I sude marlas nia roha, Ala naung songgop harajaonNa i. Huria I ria do ro marsomba, Mamuji Raja na sun sangap i. Ibana do panondang hangoluan, Namangalehon pangkirimon I Uli na I marende do suruan diborngin I do tubu Kristus I Di borngin I di tubu Kristus i.

Sabtu, 22 September 2012

GORGA BATAK

Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak. Gorga ada dekorasi atau hiasan yang dibuat dengan cara memahat kayu (papan) dan kemudian mencatnya dengan tiga (3) macam warna yaitu : merah-hitam-putih. Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit.
Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan kapal/ perahu di Danau Toba.

Bahan-bahan Cat (Pewarna)
Pada zaman dahulu Nenek orang Batak Toba menciptakan catnya sendiri secara alamiah misalnya :
Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran itu.
Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air, sehingga tampak seperti cat tembok pada masa kini.
Cat Warna Hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat tembok hitam pada zaman sekarang.

Jenis/ Macamnya Gorga Batak

Menurut cara pengerjaannya ada 2 jenis :
1. Gorga Uhir yaitu Gorga yang dipahatkan dengan memakai alat pahat dan setelah siap dipahat baru diwarnai
2. Gorga Dais yaitu Gorga yang dilukiskan dengan cat warna tiga bolit. Gorga dais ini merupakan pelengkap pada rumah adat Batak Toba. Yang terdapat pada bahagian samping rumah, dan dibahagian dalam.
Menurut bentuknya
Dilihat dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya tersendiri, antara lain ;

• Gorga Ipon-Ipon, Terdapat dibahagian tepi dari Gorga; ipon-ipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

• Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.

• Gorga Simataniari (Matahari), Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.

• Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin), Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.

• Gorga Si Marogung-ogung (Gong), Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

• Gorga Singa Singa, Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak

• Gorga Jorgom, Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.

• Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Tetek), Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.

• Gorga Ulu Paung, Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.
Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian muka dari rumah Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si pemilik rumah. Ada juga gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau. Gambar Manuk-Manuk (burung) dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Apakah Jaha Jaha Gorga Itu ?

Orang sering bertanya dan mempersoalkan tentang manjaha (membaca) Gorga Batak yang sering membingungkan banyak orang. Membaca Gorga Batak tidak seperti membaca huruf-huruf Latin atau huruf Arab atau huruf Batak, huruf Kawi dan yang lainnya. Membaca Gorga Batak yakni mengartikan gambar-gambar dan warna yang terdapat di Rumah Gorga itu serta menghubungkannya kepada Sejarah dari pada si pemilik rumah tersebut.
Sebagai contoh : Disebuah rumah Gorga Batak terdapat gambar Ogung (gong), sedangkan pemilik rumah atau nenek serta Bapaknya belum pernah mengadakan pesta dengan memukul Ogung/Gendang, maka Gorga rumahnya tidak sesuai dengan keadaan pribadi pemilik rumah, maka orang yang membaca Gorga rumah itu mengatakan Gorga rumah tersebut tidak cocok.
Contoh lain : Si A orang yang baru berkembang ekonominya disuatu kampung, dan membangun satu rumah Gorga Batak. Si A adalah anak tunggal dan Bapaknya juga anak tunggal. Akan tetapi cat rumah Gorga itu banyak yang berwarna merah dan keras, dan lagi pula singa-singanya (Mata Ulu Paungnya) membelalak dan menantang, maka Gorga rumahnya itu tidak cocok karena si A tersebut orang yang ekonominya baru tumbuh (namamora mamungka). Maka orang yang membaca Gorga rumahnya menyebutkan untuk si A. Sebaiknya si A lebih banyak memakai warna si Lintom (Hitam) dan Ulu Paungnya agak senyum, Ulu Paung terdapat dipuncak rumah.